Dengan menyebut nama allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
assalamualaikum

Kamis, 27 Maret 2008

Peristiwa Perang Badar

Pertolongan Allah selalu datang dari arah yang tak terduga. Dalam sebuah
haditsnya Rosulullah pernah bersabda, "Jika seorang muslim telah dalam
keadaan terdesak, itu adalah sebuah tanda pertolongan Allah akan segera
tiba." Dan sejarah telah memberi bukti, banyak riwayat para sahabat yang
mengisahkan keajaiban-keajaiban yang diturunkan Allah kala mereka dalam
kondisi yang terjepit hampir tak berdaya.


Al Baihaqi meriwayatkan sebuah hadits tentang keluh kesah pasukan kafir
saat menghadapi tentara-tentara Islam. Mereka mengatakan, "Ketika kami
bertempur dengan pasukan Muhammad, dan telah kami hunus pedang untuk
menyerangnya, tiba-tiba muncul orang-orang berwajah tampan. Mereka kemudian
berkata pada kami:

"Kalian orang-orang buruk rupa, menyingkirlah." Setelah itu kamipun
mengalami kekalahan yang telak dari pasukan Muhammad."

Mungkinkah orang-orang tampan dalam riwayat Al Baihaqi itu malaikat yang
turun dan diperintah Allah untuk membantu tegaknya Islam" Kenapa tidak. Tak
ada yang tak mungkin bagi Allah. Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang Maha
Menepati Janji untuk menolong agama-Nya. Dan pertolongan Allah turun dengan
banyak cara.

Ath Thabrani juga mengeluarkan riwayat lain tentang karomah yang dialami
para sahabat. Ia mendengar Ibnu Mas"ud berkata tentang jumlah musuh yang
tampak sedikit di mata pasukan Islam dalam perang Badar. Karena kurang
yakin, ia kemudian bertanya pada seorang sahabat yang ada disampingnya,
"Apakah engkau juga melihat, jumlah mereka yang hanya tinggal tujuh puluh
orang saja"" "Jumlah mereka kira-kira sekitar seratus orang," jawab sahabat
itu. Karena mereka saling berselisih tentang jumlah musuh yang dihadapinya,
maka dicarilah seorang tawanan kafir dan ditanya perihal jumlah pasukan
musuh yang dibawa. "Jumlah kami seribu orang," jawab tawanan itu.
Subhanallah, Allah menanamkan keberanian dalam dada pasukan Islam dengan
cara yang ajaib, tak terduga. Coba bayangkan, dalam pandangan pasukan Islam
Allah menjadikan pasukan musuh yang jumlahnya hampir ribuan menjadi hanya
tujuh puluh orang saja. Pasukan mana yang tak berkobar semangatnya jika
menghadapi musuh yang jumlahnya cuma dalam hitungan puluhan. Tak cuma cara
seperti itu. Riwayat berikut ini juga membuktikan bahwa Allah senantiasa
bersama hamba-hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya. Ketika perang Khandaq,
penduduk Madinah hampir-hampir saja gugur karena kelaparan. Pasukan kafir
Quraisy yang mengepung Madinah membloklir jalur distribusi makanan untuk
penduduk Madinah. Bahkan ada di antara penduduk Madinah yang telah memasak
terompahnya sendiri untuk dimakan, hal yang sama juga terjadi pada pasukan
muslim dan Rosulullah.

Suatu ketika salah seorang sahabat merasa iba pada keadaan Rosulullah yang
kelaparan dan berinisiatif menyembelih seekor kambing muda. Dengan
sembunyi-sembunyi kambing muda itu dimasaknya dan dengan sembunyi-sembunyi
pula ia mengundang Rosulullah untuk menyantap gulai kambing muda itu. Tapi
apa yang terjadi, Rosulullah justru memanggil seluruh pasukan muslim dan
orang yang ada untuk ikut menikmati bersama-sama. Kontan saja tuan rumah
diserang kekhawatiran yang luar biasa. "Mana cukup makanan ini untuk orang
seluruh Madinah," demikian gelisahnya dalam hati.

Kemudian setelah semua orang berbaris dan berkumpul, Rosulullah di depan
bejana masakan mengangkat tangan dan berdoa. Maka satu lagi mukjizat
diperlihatkan Allah pada hamba-Nya. Makanan itu cukup untuk seluruh orang
di Madinah dan masih meninggalkan sisa.

Cerita sejenis juga pernah diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir bin
Abdulllah ra. Kala itu orang-orang muslim mengadukan pada Rosulullah bahwa
mereka dalam keadaan kekurangan dan kelaparan. Kemudian Rosulullah
bersabda, "Semoga Allah menganugerahkan makanan pada kalian." Tiba-tiba
setelah kami tiba di pinggir pantai air laut pasang dan ikan-ikan besar
keluar seakan dilemparkan ke daratan. "Kami mengambil separuh dari badan
ikan itu membakarnya sampai kami kenyang," tutur Jabir ra. Cerita yang tak
kurang dahsyat juga pernah terjadi ketika Rosulullah dalam medan peperangan
Hunain. Ath Thabrani meriwayatkan, Al Harits pernah berkata, "Pada waktu
perang Hunain aku melihat Rosulullah ditinggalkan para sahabat kecuali al
Abbas bin Abdul Muthalib dan Abu Sufyan bin Al Harits. Kemudian Rosulullah
menaburkan debu ke muka orang-orang musyrik dan karena itu mereka kalah.
Yang terlihat oleh orang-orang musyrik saat itu bukan segenggam tanah atau
debu, melainkan batu-batu dan pepohonan yang berlari memburu." Kisah yang
agak unik terjadi pada Hanzalah, salah seorang sahabat Rosulullah. Dalam
perang Uhud Hanzalah berhadapan dengan Abu Sufyan, ketika Hanzalah hampir
memenangkan pertempurannya dengan Abu Sufyan, tiba-tiba datang Syaddad bin
Al Aswad yang datang membantu Abu Sufyan. Akhirnya Hanzalah pun gugur
sebagai seorang syahid.

Ketika pertempuran usai Rosulullah memeriksa barisan pasukannya. Mengecek
siapa yang gugur dan siapa pula yang terluka, sampai beliau tiba pada
tempat tergeletaknya jenazah Hanzalah. Ada yang aneh pada jenazah Hanzalah,
sekujur tubuh jenazah itu basah kuyup seperti habis dimandikan. "Rekan
kalian ini dimandikan oleh para malaikat," sabda Rosulullah ketika menemui
hal itu. Kemudian Rosulullah memerintahkan salah seorang sahabatnya datang
ke rumah Hanzalah untuk mencari tahu apa yang terjadi sebelum Hanzalah
berangkat ke medan jihad. Ketika istri Hanzalah diberitahu perihal suami
dan menanyakan apa yang sebelumnya terjadi, istri Hanzalah menjawab, "Ia
langsung pergi ketika ketika mendegar seruan jihad dikumandangkan, padahal
ia dalam keadaan junub." Mendengar hal itu Rosulullah pun bersabda, "Karena
itulah ia dimandikan oleh para malaikat."

Berbagai karomah yang terjadi pada zaman sahabat dan tabi"in juga dialami
para mujahidin setelah mereka. Jihad Afghanistan mengusir beruang merah
komunis Uni Soviet mencatat banyak peristiwa karomah yang dialami para
mujahidin. Satu contoh kecil, Dr. Abdullah Azzam, salah seorang panglima
mujahidin Afghan yang terkenal, menulis sebuah buku khusus berjudul "Ayatur
Rahman fi Jihadil Afghan" (Tanda-tanda Kekuasaan Allah dalam Jihad
Afghanistan). Ragam keajaiban banyak terjadi dan dialami mujahidin Afghan.
Seorang mujahidin bernama Abdulmannan menceritakan pengalaman yang dialami
salah seorang rekannya. "Dalam sebuah pertempuran di batas desa, seorang
mujahid bernama Amirjan dan musuh berhasil menghalau pasukan mujahid dan
memasuki desa. Kemudian putra Amirjan yang masih berumur tiga tahun keluar
rumahnya dengan membawa korek api lalu menghadap tank musuh yang sedang
berjalan. Komandan pasukan musuh bertanya apa maksud anak kecil itu
menghadap tanknya. "Si kecil ini hendak membakar tank kita dengan korek
apinya," kata sang bawahan. Subhanllah, anak sekecil itu diberikan
keberanian yang luar biasa menghadapi musuh.

Bentuk keberanian lain yang dikaruniakan Allah pada para mujahidin Afghan
juga tercermin pada kisah di bawah ini. Ketika pasukan musuh dengan
persenjataan lengkap dan tank-tanknya mengepung sebuah masjid yang
dijadikan tempat berlindung para mujahidin. Kemudian datanglah seorang
wanita ke depan masjid dan berdoa, "Ya Allah, apabila Engkau akan
memberikan kekalahan pada para mujahidin yang ada di dalam sana. Maka
jadikanlah aku sebagai tumbal untuk menyelamatkan mereka," tutur wanita
dengan berani, padahal dua hari lagi ia akan melangsungkan pernikahannya.
Benar saja, wanita itu tewas diberondong peluru tentara musuh dan para
mujahidin bisa menyelamatkan diri. Zaman berkembang begitu pula dengan
keajaiban yang Allah turunkan. Kalau di zaman sahabat pasukan musuh bisa
dikalahkan dengan lemparan tanah dan debu, bentuk keajaiban yang dialami
mujahidin Afghan berbeda lagi.

Maulawi salah seorang komandan mujahidin Afghan menuturkan keajaiban yang
dialaminya. Suatu ketika di daerah Syathura, mujahidin yang hanya
berkekuatan 25 orang digempur oleh musuh yang berjumlah 2000 orang.
Pertempuran sengit terjadi selama empat jam, dengan kemenangan di pihak
mujahidin. Musuh yang tewas sebanyak 80 orang dan 26 tertawan. Pada salah
seorang tawanan Maulawi bertanya, "Kenapa kalian cepat sekali menyerah""
Kemudian sang tawanan itu berkata, "Pasukan tuan dengan senapan mesin
buatan Amerika menghujani kami dari empat penjuru mata angin, bagaimana
kami bisa menang dalam pertempuran."

Padahal yang terjadi adalah, Maulawi dan pasukannya hanya memakai senapan
sederhana, bukan meriam apalagi senapan mesin buatan Amerika. Dan ia hanya
menyerang dari satu arah, bukan empat arah. Jauh-jauh hari sebelum tragedi
Afghan terjadi, Allah telah berjanji dalam Al Qur"an, bahwa malaikat akan
datang membantu kaum muslimin, seperti yang telah diturunkan Allah dalam
perang Badar dan diabadikan dalam Al Qur"an. "Ingatlah (Muhammad) tatkala
Tuhanmu mewahyukan kepada malaikat, "Sesungguhnya Aku bersama dengan
kalian, karenanya, tabahkanlah (hati/semangat) orang-orang yang beriman.
Aku akan letakkan di hati orng-orang yang kafir itu rasa takut (ngeri),
pancunglah leher-leher mereka dan pukul persendiannya (tangan dan kaki)
mereka." (QS. Al-Anfal: 12) Kisah lain dituturkan langsung oleh mujahid
muslim asal Waihahu, Muhammad Banda. Mujahid yang kini tergolek di RS Cipto
Mangunkusumo itu mengaku pernah menghadapi pasukan merah yang memberondong
tubuhnya. "Saya ditembak pakai senjata rentetan. Udah tujuh tembakan tapi
saya tidak apa-apa." Menurut Banda, para mujahidin umumnya memang tidak
mudah ditembak dan dilukai oleh musuh. Tapi bila mereka sudah emosi, lalu
memaki mengeluarkan kata-kata kotor, ia menjadi lemah. Hal ini juga
diketahui oleh pasukan merah. Sehingga menurut Banda, "Mereka memancing
kita dengan kata-kata kotor, menghina agama, nabi kita dihina, supaya kita
emosi, lalu kita marah dan kita balas memaki." Banda punya pengalaman
menarik, ketika ia dikepung di sebuah masjid. Pasukan merah melemparkan bom
rakitan dalam jarak dekat. Waktu itu, Banda hanya berlindung di balik drum.
Ketika bom meledak, drum itu terlempar tinggi dan hancur berkeping. Tapi
anehnya, tak secuilpun tubuhnya terluka. "Alhamdulillah tak apa-apa, cuma
tanda titik-titik merah pada badan," kenang Banda.

Yang diceritakan Banda juga disaksikan oleh dr. Andhika Rachman, salah
seorang relawan tim medis MER-C yang bertugas di Maluku Utara. Selama
bertugas, dr. Andhika banyak menyaksikan kejadian luar biasa yang tak bisa
dinalar dengan akal manusia. Salah satunya, ketika ia mengobati seorang
pasien yang terluka akibat panah di tubuhnya. Belum selesai diobati, sang
pasien sudah memaksa untuk turun lagi ke medan jihad. "Ayo dok, tolong
sembuhkan saya segera. Biar saya balik lagi ke sana..." ujar sang pasien.
Yang lebih hebat lagi, kisah Andhika, ada seorang anak perempuan berusia 11
tahun. Dia sampai mengancam orang tuanya, ketika tidak mengizinkan dia
untuk berjihad. "Dia ngomong, kalau Bapak Ibu tidak mengizinkan saya
berjihad saya akan bunuh diri. Sekarang dia menjadi salah satu pemimpin
pasukan jihad, kalau tidak salah, pasukan Jailolo," ujar Andhika.

Kisah lain juga dituturkan oleh seorang mujahidin Maluku bernama Bakrie
Ohorella (27) yang kini dirawat di Rumah Sakit Islam Jakarta. Bagian dada
dan lambungnya tertembus peluru pasukan merah. Tapi dengan ringan ia
berkomentar, "Hasil operasi ini saya serahkan pada Allah. Kalau memang ajal
saya tiba, saya ikhlas." Ia seperti tak terluka parah. Hanya terkadang
mengeluh napasnya menjadi sesak akibat luka di dadanya.

Bakrie juga bercerita bagaimana Allah sering kali menurunkan pertolongan
berupa kekuatan dan keberanian pada dirinya. Tak jarang ia turun ke medan
tanpa membawa sepucuk senjatapun. "Saya sedang duduk-duduk di rumah lalu
mendengar Ahuru diserang, tanpa pikir panjang saya langsung berangkat.
Allah panggil saya untuk jihad," tandasnya. Masih menurut Bakri, pasukan
merah sering kali merasa gentar jika telah mendengar kaum muslim sudah
mengumandangkan takbir dengan lantang. "Rata-rata mereka takut kalau
mendengar kita takbir. Mereka gemetar, tapi kalau lihat TNI mereka berani."
Kini Bakrie terbaring di ranjang rumah sakit yang bersih, di saat-saat ia
sendiri dadanya sering dihunjam rasa kerinduan untuk terjun lagi berjihad
bersama saudara-saudaranya di Ambon. "Kita mau pergi perang lagi, tapi
orang banyak bilang jangan. Saya nggak tahan, sepertinya mau aja ke medan
pertempuran. Saya rindu, seakan-akan jihad itu istri saya," tutur Bakrie
berkaca-kaca.

Benarlah apa yang dijanjikan Allah SWT, bahwa tak ada yang bisa menundukkan
hamba-Nya yang bersungguh-sungguh berjihad. "Jika kalian sabar dan taqwa,
walaupun mereka (pasukan musuh) datang pada kalian secara tiba-tiba
sekarang juga, Tuhan kalian akan mengirim bala bantuan kepada kalian dengan
lima ribu (pasukan) malaikat penyerbu." (QS. Ali Imran: 125)

Al-Qurthubi menafsirkan Ali Imran ayat 125 tersebut, "Bahwa tiap pasukan
muslimin yang sabar dan pasrah pada Allah SWT akan mendapat bantuan pasukan
malaikat, yang akan berjihad bersama mereka. Karena Allah SWT telah
menetapkan malaikat sebagai pasukan mujahidin sampai hari kiamat." Al-Hasan
berkata, "Lima ribu pasukan malaikat itu bagian tak terpisahkan dari
pasukan mujahidin sampai hari kiamat." (Al-Qurthubi, IV/194)

Berbelas abad kemudian keajaiban berulang di Maluku Utara, di Ternate
tepatnya. Setelah dengan biadab pasukan merah membantai dan membumihangus
kaum muslimin dan perkampungannya, banyak saksi mata bercerita tentang
sebuah keajaiban. Terlihat dua orang wanita berwajah bersih berjilbab rapi
memimpin sepasukan untuk balas menyerang. Mereka mengobarkan semangat kaum
muslimin untuk berjuang. Alhasil, perkampungan pasukan merah dan rumah
salah seorang pemimpinnya dapat direbut oleh kaum muslim.

Jihad akbar jihad melawan hawa nafsu

Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.? (QS. al ?Ankabuut: 69)

Bulan Ramadhan adalah bulan jihad. Pada bulan ini, umat Islam memuasakan diri, tidak hanya menahan haus dan lapar, tetapi juga menahan hawa nafsu yang merusak kesucian jiwa, diri dan muamalah sesama manusia. Sehingga puasa yang dijalankan mampu mendekatkan diri dan kembali pada keridhaan Allah Swt. Upaya maksimal seorang hamba atau suatu umat untuk menyucikan diri dan mencari keridhaan Allah Swt di dunia dan akhirat adalah jihad fi sabilillah.

Belakangan ini, terutama dalam berbagai aksi teror bom dan kekerasan, istilah ?jihad? sering disalahpahami, baik oleh kaum Muslim maupun pengamat Barat, yang mengartikan jihad dengan perang. Aksi kekerasan yang berpijak pada konsep jihad merupakan bentuk penyempitan makna jihad. Dalam aksi kekerasan seperti pemboman, selain telah mendistorsi makna jihad juga menimbulkan tindakan-tindakan yang tidak sesuai syariat. Kalangan ?muslim radikal? lebih banyak memaknai jihad dengan perang dan segala bentuk kekerasan. Padahal, jihad memiliki makna yang luas, mencakup seluruh aktivitas yang membawa kemaslahatan bagi umat manusia.

Makna jihad
Secara bahasa, kata jihad terambil dari kata ?jahd? yang berarti ?letih/sukar?, karena jihad memang sulit dan menyebabkan keletihan. Ada juga yang berpendapat kata jihad berasal dari kata ?juhd? yang berarti ?kemampuan?, karena jihad menuntut kemampuan dan harus dilakukan sebesar kemampuan (Shihab, 1996: 501). Dalam hukum Islam, jihad adalah segala bentuk maksimal untuk penerapan ajaran Islam dan pemberantasan kezaliman, baik terhadap diri sendiri maupun masyarakat dengan tujuan mencapai rida Allah Swt.

Dalam pengertian luas, jihad mencakup seluruh ibadah yang bersifat lahir dan batin dan cara mencapai tujuan yang tidak kenal putus asa, menyerah, kelesuan, dan pamrih, baik melalui perjuangan fisik, emosi, harta benda, tenaga, maupun ilmu pengetahuan sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. selama peroide Mekah dan Madinah. Selain jihad dalam pengertian umum, ada pengertian khusus mengenai jihad, yaitu memerangi kaum kafir untuk menegakkan Islam dan makna inilah yang sering dipakai oleh sebagian umat Islam dalam memahami jihad.

Kesalahan memahami jihad yang hanya dimaknai semata-mata perjuangan fisik disebabkan oleh tiga hal. Pertama, pengertian jihad secara khusus banyak dibahas dalam kitab-kitab fikih klasik senantiasa dikaitkan dengan peperangan, pertempuran, dan ekspedisi militer. Hal ini membuat kesan, ketika kaum Muslim membaca kitab fikih klasik, jihad hanya semata-mata bermakna perang atau perjuangan fisik, tidak lebih dari itu. Kedua, kata jihad dalam Al-Quran muncul pada saat-saat perjuangan fisik/perang selama periode Madinah, di tengah berkecamuknya peperangan kaum Muslim membela keberlangsungan hidupnya dari serangan kaum Quraisy dan sekutu-sekutunya. Hal ini menorehkan pemahaman bahwa jihad sangat terkait dengan perang. Ketiga, terjemahan yang kurang tepat terhadap kata anfus dalam surat Al-Anfal ayat 72 yang berbunyi: ?Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan,? (QS Al-Anfal [7]: 72).

Kata anfus yang diterjemahkan dengan ?jiwa?, menurut Quraish Shihab tidak tepat dalam konteks jihad. Makna yang tepat dari kata anfus dalam konteks jihad adalah totalitas manusia, sehingga kata nafs (kata tunggal dari anfus) mencakup nyawa, emosi, pengetahuan, tenaga, dan pikiran.

Kesalahan yang sama juga dialami oleh para pengamat Barat yang sering mengidentikkan jihad dengan ?holy war? atau perang suci. Jihad yang didefinisikan sebagai perang melawan orang kafir tidak berarti sebagai perang yang dilancarkan semata-mata karena motif agama. Secara historis, jihad lebih sering dilakukan atas dasar politik, seperti perluasan wilayah Islam atau pembelaan diri kaum Muslim terhadap serangan dari luar. Oleh sebab itu, ?holy war? adalah terjemahan keliru dari jihad. ?Holy war? dalam tradisi Kristen bertujuan mengkristenkan orang yang belum memeluk agama Kristen, sedangkan dalam Islam jihad tidak pernah bertujuan mengislamkan orang non-Islam.

Fakta sejarah menunjukkan bahwa ketika kaum Muslim menaklukkan sebuah negeri; rakyat negeri itu diberi pilihan masuk Islam atau membayar jizyah (semacam pajak) atas jasa kaum Muslim yang melindungi mereka. Pemaksaan agama Islam dengan ancaman tidak dikenal dalam sejarah Islam. Sama halnya dengan penyebaran Islam di Nusantara yang dilakukan oleh Wali Songo menggunakan jalur budaya, tidak menggunakan jalan peperangan.

Munawar Chalil dalam buku Kelengapan Tarikh Nabi Muhammad Saw. mengutip pendapat Muhammad Abduh, Ibnul-Qayyim dalam Zaad Al-Ma?ad, dan Syeikh Thanthawi Jauhari, menyatakan bahwa orang-orang kurang mengerti, menyangka bahwa jihad itu tidak lain adalah berperang dengan kafir. Sebenarnya tidak begitu. Jihad itu mengandung arti, maksud, dan tujuan yang luas. Memajukan pertanian, ekonomi, membangun negara, serta meningkatkan budi pekerti umat termasuk jihad yang tidak kalah pentingnya ketimbang berperang.

Bentuk-bentuk Jihad

Menurut Ar-Raghib Al-Isfahani?sebagaimana yang dikutip oleh Quraish Shihab?jihad terdiri dari tiga macam, yaitu: (a) menghadapi musuh yang nyata, yaitu mereka yang secara jelas-jelas memerangi umat Islam, seperti kaum Quraisy yang mengerahkan segenap kemampuannya untuk memangkas keberlangsungan komunitas umat Islam, (b) menghadapi setan, dilakukan dengan cara tidak terpengaruh segala bujuk rayunya yang menyuruh manusia membangkang kepada Allah Swt., dan (c) melawan hawa nafsu, inilah jihad terbesar dan paling sulit. Nafsu yang ada pada tiap diri manusia selalu mendorong pemiliknya untuk melanggar perintah-perintah Allah Swt., dengan tetap setia menjalankan perintah-Nya, berarti umat Islam berjihad melawan hawa nafsu.

Menurut Ibnu Qayyaim, dilihat dari segi pelaksanaannya, jihad dibagi menjadi tiga bentuk:
Pertama, jihad muthlaq; perang melawan musuh dalam medan pertempuran. Jihad dalam bentuk perang ini mempunyai persyaratan tertentu, di antaranya perang harus bersifat defensif, untuk menghilangkan kekacauan serta mewujudkan keadilan dan kebajikan. Perang tidak dibenarkan bila dilakukan untuk memaksakan ajaran Islam kepada orang non-Islam, untuk tujuan perbudakan, penjajahan, dan perampasan harta kekayaan. Juga tidak dibenarkan membunuh orang yang tidak terlibat dalam peperangan tersebut, seperti wanita, anak kecil, dan orang-orang tua.

Kedua, jihad hujjah; jihad yang dilakukan dalam berhadapan dengan pemeluk agama lain dengan mengemukakan argumentasi kuat. Jihad dalam bentuk ini memerlukan seseorang yang punya kemampuan ilmiah tinggi yang bersumber dari Al-Quran dan sunnah-sunnah Nabi serta mampu berijtihad.

Ketiga, jihad ?amm; jihad yang mencakup segala aspek kehidupan, baik bersifat moral maupun bersifat material, terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain di tengah-tengah masyarakat. Jihad seperti ini dapat dilakukan dengan pengorbanan harta, jiwa, tenaga, waktu, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Jihad ini juga bersifat berkesinambungan, tanpa dibatasi oleh lingkup ruang dan waktu, dan bisa dilakukan terhadap musuh yang nyata, setan atau hawa nafsu.

Jihad melawan hawa nafsu adalah jihad yang paling besar. Perang Badar, perang terbesar dan yang sangat menentukan bagi keberlangsungan komunitas Muslim. Kemenang kaum Muslim dalam Perang Badar, dengan jumlah yang sedikit melawan musuh yang berjumlah sangat banyak, memang dahsyat. Akan tetapi Nabi Muhammad Saw. mengatakan bahwa Perang Badar adalah perang kecil dan perang besar adalah perang melawan hawa nafsu. ?Kita kembali dari jihad terkecil menuju jihad terbesar, yakni jihad melawan hawa nafsu.?

Dengan demikian, musuh nyata yang harus dihadapi dengan jihad adalah kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan yang kini banyak menimpa kaum Muslim sebagai akibat dari keserakahan orang-orang yang tidak bisa berjihad melawan hawa nafsunya.

Penulis adalah Ust. Abu Haqqi, pemerhati masalah sosial-keagamaan.

Totall Reply 1 | Comment 129 hits | Beritahu Teman | Print | Baca Artikel Seluruhnya
akhi_tangguh
Total Topics: 0
Total Posts: 0
08 Nov 06 - 6:52 am
jihad melawan hawa nafsu=jihad besar?
Akan tetapi Nabi Muhammad Saw. mengatakan bahwa Perang Badar adalah perang kecil dan perang besar adalah perang melawan hawa nafsu. “Kita kembali dari jihad terkecil menuju jihad terbesar, yakni jihad melawan hawa nafsu.”
hadist diatas oleh Al baihaqi dikatakan sebagai Doiful sanad karena adanya kelemahan pada sanadnya yaitu khalaf bin muhamad bin sulaiman bin khiyam yang menurut Al hakim hadistnya tak bisa dipakai.dan menurut Abu ya'la Al-kholil kadang-kadng ia berdusta karena menyampaikan hadist yg terputus sanadya.dan menurut imam taimiyah hadist tersebut hanya sampai pada generasi tabi'in yaitu ibrahim bin abi ablah.yang menurut syaikul islam ibnu taimiyah 'kepribadianya bisa dipercaya' hanya saja hadistnya terputus. Jihad Fie Sabiilillah, jika diartikan mutlak, maka tidak bisa tidak, yang dimaksudkan adalah berjihad melawan kaum kafir dengan pedang (senjata), sampai mereka masuk Islam atau memberi jizyah (upeti) dari tangan mereka, sedang mereka dalam keadaan rendah (Muqaddimah Ibnu Rusyd 1/369). sebagaimana perkataan ibnu taimiyah:”Diwajibkan mengadakan I’dad (persiapan) dalam rangka berjihad, dengan menyiapkan kekuatan dan kuda yang ditambat ketika gugur kewajiban jihad karena ketidakmampuan (lemah). Karena sesungguhnya suatu kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengan suatu perkara, maka perkara itu menjadi wajib hukumnya.”(Majmu’ fatawa juz 28,hal.259).Tidak ada satu ayat pun dalam Al-Quran yg mnjelaskan bahwa jihad melawan hawa nafsu itu jihad besar.bahkan pemahaman tentang hal ini(jihad melawan hawa nafsu adalah jihad besar) telah dibantah oleh para generasi salaf.Hukum jihad sebagaimana halnya hukum dalam puasa.ketika turun ayat tentang jihad para sohabat pun mengangkat senjata dan tak ada yang melakukan puasa.
"Dikatakan,"Wahai Rasulullah,Amal apa yang dapat menyamai jihad fi sabilillah?Nabi bersabda,"Kalian tidak mampu melaksanakanya."lalu mereka mengulang pertanyaan itu dua atau tiga kali lagi,dan semua dijawab,"Kalian tidak mampu melaksanakanya."!lalu nabi bersabda,"Perumpaan mujahid fi sabilillah seperti orang yang shaum dan sholat malam dan membaca ayat-ayat Alloh dan tidak berhenti melakukan shiyam dan sholat sampai seorang mujahid fi sabilillah kembali."(HR.Tirmidzi dan menghasankannya dari Abu Hurairah)
masih bnyak lagi hadist hadist yang mnjelaskan tentang keutamaan berjihad.

Rabu, 26 Maret 2008

Arti jihad menurut bahasa


Kata jihad berasal dari kata Jahada yang mempunyai banyak arti dalam bahasa Arab, diantaranya: usaha untuk menjadi sempurna, seorang yang rajin belajar, mencoba atau menciptakan, bekerja untuk mencapai tujuan tersebut, melelahkan, menanyai, mendesak, memberi beban, menjadi lemah karena sakit, seorang pekerja keras, jatuh cinta, mencampur membangkitkan, dermawan, penderitaan, peringatan, melemahkan, perjuangan tanpa henti. Dalam kata lain jihad menurut bahasa adalah berjuang dengan segenap usaha sampai titik penghabisan, yang mana menjadi suatu aspek dalam kehidupan.

Pengertian Jihad

Pengertian jihad menurut para ulama seperti Ibnu Qadama Al Maqdisi, Ibnu Taymiyyah dan Ibnu Aabideen: “Perjuangan dengan segenap usaha hanya karena Alloh, dengan jiwa, didukung dengan harta, perkataan, mengumpulkan bantuan para Mujahidin atau dengan cara yang lain untuk membantu perjuangan.”(seperti halnya melatih orang). Mereka mengambil dari ayat, “...Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu…..” (QS. 9:41), sebagai keterangan dari pengertian tersebut.

Dan juga Imam Fairouz Abadi mengatakan di dalam kamusnya yang terkenal “Kamus Al_Muheet”bahwa kata “Al-Nafir” berarti pergi dan berjuang dengan pedang. Selain itu Alloh SWT berfirman: “Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang berperang di Jalan-Nya dalam barisan yang teratur….” (QS. 61:4).

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih (yaitu) kamu beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Alloh dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya.”(QS. 61:10-11)

Pendapat Menurut 4 Imam Mahzab

Menurut Imam Hanafi Fiqih Imam Kasani dalam bukunya Bada’Sama, mengartikan jihad seperti: “Berjuang dengan segenap usaha dan kekuatan karena Alloh SWT dengan jiwa, harta, ucapan atau dengan cara lainnya….”

Menurut Imam Maliki Fiqh Imam Ibnu Arafa, dilanjutkan oleh Sheikh Khalil dalam Mukhtasar Al-Khalil, mengatakan bahwa jihad adalah: “….seorang muslim yang berjuang melawan kaum kafir tanpa suatu perjanjian, hanya karena Alloh SWT semata dan untuk meninggikan nama-Nya dengan mengharapkan keridhoanNya.”

Menurut Imam Syafi’i Fiqh Imam Shirazi dalam buku Al-Muhazab Fil Fiqh Imam Shafi’i mengatakan bahwa jihad adalah berjuang melawan kaum kafir hanya karena Alloh dengan jiwa, harta, ucapan, atau mengajak orang lain….”(Kitab Al Minhaj oleh Imam Nawawi)

Menurut Imam Hambali Fiqh Imam Ibnu Qudama Al-Maqdisi mengatakan bahwa jihad adalah menyebarkan perjuangan melawan orang kafir, apakah itu sebagai fardhu Kifayah atau fardhu ‘Ain, melindungi orang mukmin dari kaum kafir, menjaga daerah perbatasan, berjuang di garis terdepan dan di garis perbatasan sebagai penopang.

Arti Jihad secara Umum

Saat ini jihad diartikan sebagai berjuang di jalan Alloh secara berjama’ah. Dahulu para ulama mengartikan jihad baik secara syara’ atau secara umum adalah sama. Tetapi sekarang hal itu berbeda

Jihad Menurut Ushul Fiqh

Menurut Imam Al-Qastalani, Imam Al-Mawardi (Syafi’i), Imam Al-Taftazani (Hanafi), dan Imam Jirjani (Hanafi): “…suatu kondisi melawan kaum kafir untuk mendapatkan kemenangan Islam yang harus dilakukan dengan tujuan untuk meninggikan nama Alloh SWT….”

Karena itu menurut hukum, secara umum dan menurut ilmu ushul fiqh, jihad adalah berjuang di jalan Alloh atau perjuangan dengan segenap usaha melawan kaum kafir untuk meninggikan agama Alloh SWT.

Terdapat beberapa Sahih Muslim bersumber dari Abu Sa’ad Al Kudri bahwa sahabat bertanya kepada Rosulullah saw, “Apakah jihad itu?” dan beliau menjawab, “Berjuang untuk meninggikan Agama Alloh SWT.”

Pengertian jihad begitu luas dan juga bersifat terbatas (Al Jamiyyah Wa al Maniyyah) luas karena dilihat dari pengertian jihad menurut bahasa dan perlengkapannya. Hal ini bersifat terbatas karena perjuangan yang dilakukan hanya untuk melawan kaum kafir semata-mata hanya mengharapkan ridho Alloh SWT.

NB. Menurut para fuqaha, Jim pada kata jihad harus diucapkan dengan suara lambat yang disebut Jim Mushadadah.

Namun terdapat perbedaan pendapat apakah jihad hanya sebuah bentuk penyerangan atau apakah itu mencakup baik jihad sebagai penyerangan maupun jihad sebagai sikap bertahan. Al Izz Ibnu Salaam (Sheikh al Jihad) mengatakan bahwa jihad hanya sebagai bentuk penyerangan bukan sikap bertahan yaitu akan disebut jihad jika kita memulai atau memprakarsai pertemuan atau perkelahian, kewajiban yang lain (misalnya sikap bertahan jihad), dinamakan Al Dafa’ah. Pertahanan pada diri sendiri menjadi naluriah yang ada pada manusia juga terdapat pada binatang, tidak seperti kewajiban khusus dalam serangan jihad.

Dan lagi Ibnu Qayyim meletakkan beberapa kondisi untuk jihad, sebagai berikut:

1. Seorang muslim harus mengawali atau memulai pertempuran

2. Bahwa pertempuran itu harus melawan orang-orang kafir (NB. pertempuran dengan orang-orang murtad) (misalnya orang yang ingkar pada agama atau partai) disebut Qaatal al Riida dan adalah pelaksanaan hukum pidana atau undang-undang Islam dengan cara pertempuran Baghee (misalnya seorang pemberontak) disebut Qaatal al Baghee, dalam hal ini

3. Al Ma’niyyah mempunyai maksud bahwa pertempuran jihad untuk membuat agama Alloh SWT yang dominan (NB. biasanya ini termasuk dalam sikap bertahan sejak satu pertempuran untuk kemenangan atau kesyahidan tidak melihat untuk melaksanakan sistem aturan Islam dalam beberapa keadaan.

Pembagian jihad

Dari beberapa penjelasan di atas, kita dapat membagi jihad dalam dua bagian:

1. Al Jihad al Mubada’ah yaitu melakukan serangan jihad

2. Al Jihad al Dafa’ah yaitu sikap bertahan jihad

Bagaimanapun, secara bahasa kata jihad mengandung arti usaha sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah, ini ditemukan tanpa menggunakan Al-Qur’an dengan perbedaan arti jihad dalam mengendalian nafsu misalnya….ketika Alloh (SWT) menjelaskan pertempuran atau peperangan dalam jihad Dia menggunakan kata “Qaatala” dan dalan satu peperangan itu siapa saja yang bertempur dinamakan “Muqaatil” (Dimana “Qatala” adalah pembunuhan dan pembunuh disebut “Qatil”). Alloh tidak pernah menggunakan Qatil atau pembunuhan (murder atau kill) dalam Al-Qur’an konteks Jihad tetapi lebih pada Qitaal (peperangan) semenjak hidup menjaga kesucian dalam Islam.

Imam Syafi’i mengatakan bahwa alasan mengapa kita memerangi orang-orang kafir (dalam melakukan serangan jihad) adalah karena mereka menghalangi agama kita atau memerangi agama kita. Imam Abu Hanafi pada kesempatan lain mengatakan bahwa kita memerangi orang-orang kafir (serangan jihad) karena mereka memerangi kita dan menghalangi agama kita untuk dilaksanakan.

Kamis, 20 Maret 2008

Zionis lebih kejam dari binatang

Zionis berada dibalik pembunuhan orang oran Yahudi tangan Nazi, berdasarkan kesepakatan diam diam antara mereka. Mereka bertujuan memaksa warga yahudi untuk hijrah ke Palestina. Ketika Zionis gagal memberikan argument untuk hijrah ke Palestina, mereka membantai tanpa ragu. Setelah itu melkukan propaganda besar besaran untuk memperdagangkan darah darah mereka.

Nazi menerima bantuan keungan besar dari bank bank Zionis hingga mereka sampai ke tampuk pemerintahan. Tahun 1929 Nazi menerima dana sebesar 10 juta dolar dari bank Zionis di Amsterdam. Disusul 15 juta dolar, dua tahun sesudahnya. Ketika Hitler naik ke tampuk pemerintahan, dua tahun kemudian, Nazi menerima bantuan 126 juta dolar.

Ketika kita menyamakan Zionis dengan Nazi, kita sepakat kezaliman Nazi. Namun kekejian zionis terhadap kemanusiaan tak dapat dibamdingkan dengan terorisme zionis terhadap Palestina. Orang berselisih pendapat tentang pembantaian yahudi ditangan nazi., namun tak ada yang menyangkal kekejian terhadap zionis terhadap rakyat Palestina. Bahkan sebagian luput dari kamera. Seluruh dunia menyaksikan gugurnya seorang bocah Muhammad Durrah yang berusaha berlindung kepada ayahnya dengan melambaikan tangannya meminta pertolongan. Zionis malah membunuhnya.

Zinis menahan mobil amulans menolong ratusan rakyat Palestina yang menggelepar hingga maut menjemput mereka. Zionis menghancurkan bangunan bangunan Jenin. Seorang tentera Zionis pernah bertutur “Saya sangat teriakan anak anak Palestina”. Mereka merintih di bawah reruntuhan bangunan yang menimpa kepala mereka.

Mereka menyesatkan moral remaja dan anak anak dengan praktik praktik yang jauh dari moral masyarakat Muslim. Mereka merekamnya, dan mengancam muntuk disebarkan agar mereka mau bekerjasama dengan yahudi. Sebuah tindakan yang lebih kejam daripada Nazi, bahkan binatang sekalipun.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket